JIKA IMAM SHALAT SAMBIL DUDUK APAKAH MAKMUM HARUS SHALAT DUDUK?

JIKA IMAM SHALAT SAMBIL DUDUK APAKAH MAKMUM HARUS SHALAT DUDUK?

Oleh Abu Akmal Mubarok

 Orang Cacat Shalat 01

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami Laits –lewat jalur periwayatan lain– dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rumh telah mengabarkan kepada kami al-Laits dari Abu az-Zubair dari Jabir dia berkata, “Rasulullah s.a.w.mengaduh, lalu kita shalat di belakangnya, sedangkan beliau dalam keadaan duduk, dan Abu Bakar memperdengarkan takbirnya kepada manusia. Lalu beliau menoleh kepada kami, maka beliau melihat kami shalat dalam keadaan berdiri. Lalu beliau memberi isyarat kepada kami untuk duduk, lalu kami shalat dengan mengikuti shalatnya dalam keadaan duduk. Ketika beliau mengucapkan salam, maka beliau bersabda, ‘ kalian baru saja hampir melakukan perbuatan kaum Persia dan Rumawi, mereka berdiri di hadapan raja mereka, sedangkan mereka dalam keadaan duduk, maka janganlah kalian melakukannya. Berimamlah dengan imam kalian. Jika dia shalat dalam keadaan berdiri, maka shalatlah kalian dalam keadaan berdiri, dan jika dia shalat dalam keadaan duduk, maka kalian shalatlah dalam keadaan duduk’.”  (H.R. Muslim No. 624)

Telah menceritakan kepada kami Al-Qa’nabi dari Malik dari Ibnu Syihab dari Anas bin Malik, Rasulullah s.a.w.pernah menaiki seekor kuda, lalu beliau terpelanting darinya hingga sisi kanannya terkoyak, lalu beliau melaksanakan salah satu shalat wajib dengan duduk dan kami pun shalat di belakang beliau dengan duduk. Tatkala selesai, beliau bersabda: “Sesungguhnya imam itu dijadikan hanyalah untuk diikuti, apabila dia shalat dengan berdiri maka shalatlah kalian dengan berdiri, apabila dia rukuk maka rukuklah, apabila dia bangkit maka bangkitlah, apabila dia mengucapkan, ‘Sami’allaahu liman hamidah’ (Allah mendengar kepada orang yang memujiNya), maka ucapkanlah, ‘Rabbanaa Walakal Hamdu’ (Wahai Rabb Kami, segala puji hanya bagiMu), dan apabila dia shalat dengan duduk maka shalatlah kalian dengan duduk.” (H.R. Abu Daud No. 509) Nashiruddin Al-Albani menshahihkan hadits ini

Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abi Syaibah telah menceritakan kepada kami Jarir dan Waki’ dari Al-A’masy dari Abu Sufyan dari Jabir dia berkata; Rasulullah s.a.w. pernah menaiki seekor kuda di Madinah, lalu kuda itu menjatuhkan beliau pada akar pohon kurma hingga kakinya keseleo. Maka kami menjenguk beliau, kami mendapati beliau di kamar ‘Aisyah sedang melaksanakan shalat sunnah dalam keadaan duduk. Dia (perawi) berkata; Maka kami pun berdiri di belakang beliau (berjamaah), namun beliau tidak berbicara dengan kami. Kemudian kami menjenguk beliau kembali (pada waktu yang lain), lalu beliau shalat wajib dengan duduk, sedangkan kami berdiri di belakang beliau, kemudian beliau memberikan isyarat kepada kami agar duduk, maka kami pun duduk. Dia (perawi) berkata; Tatkala selesai shalat, beliau bersabda: “Apabila imam shalat dengan duduk maka shalatlah kalian dengan duduk, dan apabila imam shalat dengan berdiri maka shalatlah kalian dengan berdiri, dan janganlah kalian melakukan sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Persia kepada para pemimpin mereka.” (H.R. Abu Daud No. 510) Nashiruddin Al-Albani menshahihkan hadits ini

Telah mengabarkan kepada kami Qutaibah dia berkata; telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Abu Az Zubair dari Jabir dia berkata; “Ketika Rasulullah s.a.w. sakit, kami shalat di belakangnya dan beliau dalam keadaan duduk, sedangkan Abu Bakar memperdengarkan takbirnya kepada orang-orang, maka beliau menoleh kepada kami dan melihat kami dalam keadaan berdiri. Beliau lalu mengisyaratkan kepada kami agar kami shalat dengan duduk. Setelah salam (selesai) beliau bersabda: ‘Jika kalian seperti tadi, maka kalian melakukan perbuatan orang-orang Persia dan Romawi; mereka berdiri kepada raja-raja mereka yang sedang duduk. Janganlah kalian melakukan hal itu. Ikutilah imam-imam kalian, jika ia shalat dengan berdiri maka shalatlah dengan berdiri, dan jika ia shalat dengan duduk maka shalatlah dengan duduk‘.” (H.R. Nasa’i No. 1185)

Telah bercerita kepada kami Yunus bin Muhammad dan Hujjain telah bercerita kepada kami Laits dari Abu Az Zubair dari Jabir berkata:  “Rasulullah s.a.w.sakit lalu kami datang dan shalat di belakangnya, beliau saat itu (shalat) dengan duduk. Abu Bakar r.a.  bertakbir sehingga terdengar orang-orang takbir Kemudian beliau (Rasulullah s.a.w). menoleh dan melihat kami shalat dengan berdiri lalu beliau memberi isyarat lalu kami duduk dengan tetap shalat bersama beliau. Tatkala telah selesai shalat, (Rasulullah s.a.w.) bersabda: “Kalian tadi hampir saja melakukan kebiasaan orang Persia dan Romawi. Mereka berdiri terhadap raja-raja mereka yang sedang duduk, janganlah kalian lakukan! Ikutilah imam kalian. Jika dia shalat dengan berdiri maka shalatlah kalian dengan berdiri dan jika dia shalat dengan  duduk maka shalatlah dengan duduk”. (H.R. Ahmad No. 14063,H.R. Ibnu Majah No. 1230)

Telah mengabarkan kepada kami Yazid bin Harun telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin ‘Amru dari Abu Salamah dari Abu Hurairah ia berkata, “Rasulullah s.a.w.bersabda: “Sesungguhnya dijadikannya imam adalah agar ia diikuti, apabila ia bertakbir maka bertakbirlah, apabila ia rukuk maka rukuklah, apabila ia sujud maka sujudlah, apabila ia mengucapkan; ‘SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH (Semoga Allah mendengar pujian orang yang memuji-Nya), maka ucapkanlah; ‘RABBANAA LAKAL HAMDU (Ya Rabb kami, kepada-Mu lah segala pujian). Dan apabila ia melakukan shalat dengan berdiri maka shalatlah dengan berdiri, apabila ia melakukan shalat dengan duduk maka shalatlah dengan duduk semua.” (H.R. Darimi No. 1277)

Maka dari hadits di atas dapat kita ambil kesimpulan :

1.  Bahwa perkataan “Sesungguhnya imam dijadikan untuk diikuti” pada mulanya dimaksudkan untuk masalah shalat sambil duduk.

2. Namun belakangan Nabi s.a.w. tidak memerintahkan untuk mengikuti imam sama persis yaitu boleh makmum shalat sambil berdiri, sementara imam shalat sambil duduk.

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf berkata, telah mengabarkan kepada kami Malik dari Ibnu Syihab dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah s.a.w. pada suatu hari mengendarai kudanya lalu terjatuh dan terhempas pada bagian lambungnya yang kanan. Karena sebab itu beliau pernah melaksanakan shalat sambil duduk di antara shalat-shalatnya. Maka kamipun shalat di belakang Beliau dengan duduk. Ketika selesai Beliau bersabda: “Sesungguhnya imam dijadikan untuk diikuti, jika ia shalat dengan berdiri maka shalatlah kalian dengan berdiri. Jika ia rukuk maka rukuklah kalian, jika ia mengangkat kepalanya maka angkatlah kepala kalian. Dan jika ia mengucapkan SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH (Semoga Allah merndengar orang yang memuji-Nya) ‘, maka ucapkanlah; RABBANAA WA LAKAL HAMDU (Ya Rabb kami, milik Engkaulah segala pujian) ‘. Dan jika ia shalat dengan berdiri maka shalatlah kalian dengan berdiri, dan jika ia shalat dengan duduk maka shalatlah kalian semuanya dengan duduk.” Abu ‘Abdullah berkata, Al Humaidi ketika menerangkan sabda Nabi s.a.w.  ‘Dan bila dia shalat dengan duduk maka shalatlah kalian dengan duduk’ dia berkata, “Kejadian ini adalah saat sakitnya Nabi s.a.w. di waktu yang lampau. Kemudian setelah itu Nabi s.a.w. shalat dengan duduk sedangkan orang-orang shalat di belakangnya dengan berdiri, dan beliau tidak memerintahkan mereka agar shalat sambil duduk (mengikuti beliau). Dan sesungguhnya yang dijadikan ketentuan adalah berdasarkan apa yang paling akhir dan terakhir dari perbuatan Nabi s.a.w.” (H.R. Bukhari No. 648)

Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Daud, yaitu Abu Daud Aththayalisi telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Musa bin Abu Aisyah berkata; saya telah mendengar Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah menceritakan dari Aisyah “bahwa Rasulullah s.a.w. pernah memerintahkan Abu Bakr untuk menjadi imam ketika beliau sakit yang beliau wafat ketika sakit tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berada di depan Abu Bakr, beliau shalat sambil duduk sedangkan Abu Bakar mengimami orang-orang di belakangnya (sambil berdiri).” (H.R. Ahmad No. 24918)

Telah mengkabarkan kepada kami Mahmud bin Ghailan dia berkata; telah menceritakan kepadaku Abu Dawud dia berkata; telah memberitakan kepada kami Syu’bah dari Musa bin Abu ‘Aisyah dia berkata; “Aku mendengar ‘Ubaidullah bin Abdullah menceritakan dari ‘Aisyah r.a. , bahwa Rasulullah s.a.w. menyuruh Abu Bakar shalat mengimami orang-orang (sahabat). Aisyah lalu berkata; “Nabi s.a.w. pernah shalat sambil duduk di depan Abu Bakar, sedangkan Abu Bakar shalat bersama orang-orang, dan mereka shalat di belakang Abu Bakar.” (H.R. Nasa’i No. 788)

3. Jika Imam melakukan kesalahan gerakan atau urutan shalat sedangkan makmum sudah memperingatkan namun Imam tetap tidak menyadari kesalahannya, maka makmum tetap wajib mengikuti gerakan shalat Imam dan tidak boleh melakukan gerakan sendiri yang berbeda dengan Imam.

(Imam Ahmad bin Hambal) Berkata : “Saya telah membacakan kepada Abdurrahman; Malik dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya dari Aisyah, istri Nabi s.a.w. bahwasanya dia berkata; “Rasulullah s.a.w. pernah shalat di rumahnya dan beliau sedang sakit, lalu beliau shalat sambil duduk sedangkan kaum muslimin pun shalat berdiri di belakangnya, kemudian beliau memberi isyarat kepada mereka supaya mereka duduk. Tatkala beliau selesai, beliau bersabda: “Imam adalah untuk diikuti, apabila ia ruku’ maka ruku’lah, apabila ia mengangkat (kepalanya) maka angkatlah, dan apabila imam shalat sambil duduk maka shalatlah kalian sambil duduk.” (H.R. Ahmad No. 23994)

4. Jika makmum terlambat bergabung dengan shalat berjamaah, atau memiliki niat shalat yang berbeda dengan imam (misalnya dalam kasus ia mengikuti imam yang ternyata sedang shalat sunah sementara makmum berniat shalat fardhu atau kasus-kasus lainnya) tetap wajib mengikuti gerakan shalat Imam sampai selesai dan tidak boleh melakukan gerakan sendiri yang berbeda dengan Imam.

5. Perintah umum “Sesungguhnya imam dijadikan untuk diikuti” mencakup gerakan dasar dan urutan rakaat shalat dan tidak meliputi detil detilnya seperti cara takbiratul ihrom, posisi tangan di dada atau di perut, jari telunjuk dll.

One thought on “JIKA IMAM SHALAT SAMBIL DUDUK APAKAH MAKMUM HARUS SHALAT DUDUK?

Leave a comment