NABI ISA DIKARUNIAI MUKJIZAT, DIKIRA TUHAN ?

 

 

Manusia seringkali terkesima dengan fenomena yang di luar nalar. Orang bisa terbang dan berjalan di atas air disebut manusia sakti. Terlebih jika terjadi zaman dahulu, bisa dikira titisan dewa. Dan raja-raja zaman dahulu seringkali memanfaatkan kecenderungan manusia ini untuk mengokohkan kekuasaannya. Kaisar Jepang, mengaku titisan Dewa Matahari, Amaterasu. Demikian pula Fir’aun di Mesir Kuno mengklaim dirinya sebagai sebagai titisan Dewa Matahari, Amon Ra.

Kecenderungan manusia menganggap segala yang ajaib, di luar nalar sebagai titisan (penjelmaan) dari Yang Maha Kuasa sudah terjadi sejak zaman dahulu. Konsep bahwa Dewa, atau Yang Maha Kuasa menitis, bermetafora dalam wujud manusia adalah logika yang banyak terlintas dalam benak manusia sejak zaman dahulu kala.

Dan anehnya logika seperti ini masih dipercaya oleh orang-orang modern yang notabene mereka berpendidikan tinggi yang selalu mengedepankan nalar dan logika dalam memandang berbagai hal. Contohnya Di India ada anak berwajah seperti gajah, diyakini merupakan titisan Dewa Ganesha. Jangankan manusia, bahkan binatang pun bisa dianggap jelmaan dewa. Di Muzaffarnagar, Uttar Pradesh India  pun seekor anak sapi berwajah seperti “manusia” dipercaya sebagai titisan Dewa Wisnu. Karena sapi adalah kendaaan Dewa Wisnu.

Maka hal yang sama terjadi saat Allah mengkaruniai mukjizat-mukjizat yang luar biasa kepada Para NabiNya. Ketika Para Nabi menunjukkan hal-hal spektakuler di luar kemampuan manusia biasa, akan disangka sebagai titisan Tuhan. Padahal dari zaman ke zaman, telah terjadi hal-hal spektakuler di luar. Lalu apakah Tuhan berkali-kali turun ke bumi menjelma menjadi manusia?

Maka ketika seorang misionaris mendatangi kerabat saya kemudian menyodorkan ayat Al-Qur’an dalam Surah Ali Imran : 49 yang terjemahannya kurang lebih sebagai berikut :

Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil : “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah. Dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak. Dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah. Dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman” (Q.S. Ali Imran [3] : 49)

Maka misionaris tersebut menggunakan dalil ayat di atas untuk meyakinkan kerabat saya bahwa yang dimaksud dengan “tanda” dalam ayat tersebut adalah “tanda” bahwa Nabi Isa (Yesus) adalah Tuhan yang turun ke bumi dalam wujud seorang manusia untuk menyelamatkan umat manusia.

Tentu saya tidak akan mempersoalkan keyakinan non-muslim yang berbeda dengan aqidah Islam. Karena aqidah mereka adalah urusan mereka sendiri. Namun ketika mereka mengusik keyakinan kami, maka kami pun perlu menjelaskan duduk perkaranya.

Namun ini bukan soal bela membela asal membela. Islam adalah agama yang masuk akal dan sangat menjunjung tinggi akal. Sehingga dalam Islam, agama tidak meninggalkan logika. Bahkan logika menjadi pembuktian kebenaran agama. Banyak sekali ayat Al-Qur’an yang menyuruh kita untuk berfikir dan berfikir :

Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir. (Q.S. Yunus [10] : 24)

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (Q.S. Ar-Ruum [30] : 21)

Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. (Q.S. Al-Hasyr  [59] : 21)

Marilah kita berfikir. Jika misionaris tersebut menggunakan Q.S. Ali Imran [3] : 49 jelas di awal kalimat disebutkan “wa rosulan ilaa bani isroil” sebagai seorang Rasul yang diutus kepada Bani Israil. Ayat ini berbicara tentang Nabi Isa (Yesus) yang diutus oleh Allah (Rasul) kepada Bani Israil. Maka Yesus menunjukkan “tanda” atau lebih tepatnya “bukti” kenabian beliau. Maka Nabi Isa menunjukkan kemampuan luar biasa di atas manusia lainnya sebagai “bukti” kenabian beliau.

Maka Allah mengkaruniakan beberapa mukjizat yang dahsyat kepada Nabi Isa a.s. :

dan (ingatlah pula) diwaktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan ijin-Ku, kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah) di waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku…(Q.S. Al-Maidah [5]:110)

Baik Islam maupun Nasrani sama-sama mengimani adanya berbagai keajaiban yang dilakukan oleh Nabi Isa (Yesus). Dalam Al-Qur’an disebut la-aayatalakum (ayat-ayat dari Kami) bedanya orang Nasrani menyalahpahami bahwa keajaiban itu adalah “tanda” atau “bukti” bahwa Yesus adalah Tuhan itu sendiri sedangkan orang Muslim memahami bahwa itu adalah “ayat” Allah sebagai tanda kenabian bahwa Yesus adalah benar-benar utusan Allah

Bahkan Al-Qur’an menyebutkan mukjizat yang dibawa Yesus ini lebih lengkap dibanding yang disebutkan dalam Bible. Dalam QS: [3] Ali Imran Ayat: 48 disebutkan Yesus membuat burung dari tanah liat kemudian ditiup oleh Yesus sehingga menjelma menjadi burung yang hidup. Bagi orang muslim, perkara menciptakan burung hidup bukanlah bukti bahwa dia bisa meniupkan ruh atau menciptakan kehidupan.

Karena dalam Al-Qur’an dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim pernah menghidupkan burung :

Dan ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati.” Allah berfirman: “Belum yakinkah kamu ?” Ibrahim menjawab: “Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku lebih yakin. Allah berfirman: “Ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Q.S.Al-Baqarah [2]:260)

Nabi Isa juga begitu lahir langsung dapat berbicara

(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: “Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian…(Q.S. Al-Maidah [5]:110)

Namun mukjizat yang paling dahsyat adalah ketika Nabi Isa (Yesus) dapat menghidupkan Lazarus, yang sudah mati. Maka orang Nasrani menyalahpahami fenomena ini sebagai bukti Yesus adalah Tuhan. Karena yang bisa memberikan kehidupan adalah Tuhan saja.

Sebagaimana Injil Yohanes menyebutkan :

Sebab sama seperti “Bapa membangkitkan” “orang-orang mati” dan “menghidupkannya”, demikian juga “Anak menghidupkan” barangsiapa yang dikehendaki-Nya. (Yohanes 5:21)

“Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati..(Yohanes 11 : 25)

Sedangkan orang muslim tidak terkesima hingga salah paham memandang persoalan ini. Betapa pun super super ajaibnya yang dilakukan Yesus, maka ini bukanlah bukti beliau sebagai Tuhan melainkan semua keajaiban ini adalah mukjizat yang diberikan Allah kepada para Nabi Nya

Kalau orang Nasrani mau jujur maka dalam Bible sendiri diceritakan bukan hanya Yesus saja yang dapat menghidupkan orang mati. Tercatat Nabi Yekezkiel, Nabi Yeremia, Nabi Ilyas (Elia) Nabi Ilyasa (Elisa) dapat menghidupkan orang mati.  Bahkan Petrus murid Yesus sendiri dapat menghidupkan orang mati. Lalu apakah mereka semua adalah penjelmaan Tuhan???

Dalam Bible disebutkan Nabi Ilyas a.s. (Elia) menghidupkan orang mati :

Lalu ia mengunjurkan badannya di atas anak itu tiga kali, dan berseru kepada TUHAN, katanya: “Ya TUHAN, Allahku! Pulangkanlah kiranya nyawa anak ini ke dalam tubuhnya.” Lalu Tuhan mendengarkan permintaan Elia itu, dan nyawa anak itu pulang ke dalam tubuhnya, sehingga ia hidup kembali. (Kitab Raja-Raja 17:21)

Demikian pula Nabi Ilyasa a.s. (Elias) dapat menghidupkan orang mati. Bahkan lebih hebat dari Nabi isa (Yesus), karena Nabi Ilyasa dapat menghidupkan orang mati setelah Nabi Ilyasa sendiri wafat

Nabi Yekezkiel dapat menghidupkan tulang belulang . Ia membawa aku melihat tulang-tulang itu berkeliling-keliling dan sungguh, amat banyak bertaburan di lembah itu. Lihat, tulang-tulang itu amat kering. Lalu Ia berfirman kepadaku: “Hai anak manusia, dapatkah tulang-tulang ini dihidupkan kembali?” Aku menjawab: “Ya Tuhan ALLAH, Engkaulah yang mengetahui!” Lalu firman-Nya kepadaku: “Bernubuatlah mengenai tulang-tulang ini dan katakanlah kepadanya: Hai tulang-tulang yang kering, dengarlah firman TUHAN!  Beginilah firman Tuhan ALLAH kepada tulang-tulang ini: Aku memberi nafas hidup di dalammu, supaya kamu hidup kembali. Aku akan memberi urat-urat padamu dan menumbuhkan daging padamu, Aku akan menutupi kamu dengan kulit dan memberikan kamu nafas hidup, supaya kamu hidup kembali. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN.” Lalu aku bernubuat seperti diperintahkan kepadaku; dan segera sesudah aku bernubuat, kedengaranlah suara, sungguh, suatu suara berderak-derak, dan tulang-tulang itu bertemu satu sama lain. Sedang aku mengamat-amatinya, lihat, urat-urat ada dan daging tumbuh padanya, kemudian kulit menutupinya, tetapi mereka belum bernafas. Maka firman-Nya kepadaku: “Bernubuatlah kepada nafas hidup itu, bernubuatlah, hai anak manusia, dan katakanlah kepada nafas hidup itu: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Hai nafas hidup, datanglah dari keempat penjuru angin, dan berembuslah ke dalam orang-orang yang terbunuh ini, supaya mereka hidup kembali.” Lalu aku bernubuat seperti diperintahkan-Nya kepadaku. Dan nafas hidup itu masuk di dalam mereka, sehingga mereka hidup kembali.  Mereka menjejakkan kakinya, suatu tentara yang sangat besar. (Yehezkiel 37:2-10)

Bahkan Petrus murid Yesus dapat menghidupkan mayat Tabita  :

Tetapi Petrus menyuruh mereka semua keluar, lalu ia berlutut dan berdoa. Kemudian ia berpaling ke mayat itu dan berkata: “Tabita, bangkitlah!” Lalu Tabita membuka matanya dan ketika melihat Petrus, ia bangun lalu duduk.(Kisah Rasul, Pasal  9, Ayat 40)

Bagaimanakah kisah YESUS menghidupkan orang bernama Lazarus ??? Apa bedanya dengan kisah orang lain yang dapat membangkitkan orang mati? Mari kita lihat kisahnya dalam Injil Yohanes :

 

Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata : “Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: “Lazarus, marilah ke luar!” Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat  dengan kain kafan dan mukanya masih tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: “Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi” (Injil Yohanes Pasal 11 Ayat 41-44)

Bagi muslim, tidak meyakini seorang Nabi adalah penjelmaan Tuhan hanya gara-gara dapat menghidupkan makhluk hidup yang telah mati. Karena dalam Al-Qur’an pun dikisahkan Nabi Musa a.s. dapat menghidupkan sapi yang mati :

“Lalu Kami berfirman (kepada Nabi Musa) : “Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu !” Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dan memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaanNya agar kamu mengerti “  (Q.S.Al-Baqarah [2]:73)

Jika orang-orang mau jujur, jelas dalam Injil Yohanes disebutkan bahwa Yesus berdoa dan memohon kepada Allah dengan menengadah ke atas dan berdoa agar diberi mukjizat agar dapat menghidupkan Lazarus. Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa Yesus melakukan dalam rangka agar orang percaya bahwa Allah-lah yang mengutus beliau, bukan dalam rangka membuktikan beliau adalah Allah itu sendiri.

Kisah ini sama seperti kisah Nabi Ilyas (Elia), Nabi ilyasa (Elias), Nabi Yehezkiel, Nabi Musa dan Petrus, yang selalu disebutkan bahwa mereka berdoa memohon kepada Allah agar dapat menghidupkan makhluk hidup yang telah mati. Sehingga yang menghidupkan di sini hakekatnya adalah Allah.

Tapi orang yang sudah terlanjur condong pada keyakinan bahwa Yesus adalah penjelmaan Tuhan sehingga ngotot dan bersikukuh mengatakan bahwa Yesus 100% menusia dan pada saat yang sama 100% Tuhan. Sehingga saat ia menjadi manusia, ia harus berdoa dan memohon kepada Tuhan padahal dia sendiri adalah Tuhan. Bagi orang muslim penjelasan ini jelas logika maksa. Apa perlunya Tuhan beracting menjelma menjadi manusia dan beracting berdoa kepada dirinya sendiri di hadapan manusia??

Kesimpulannya : kemampuan menghidupkan burung dari tanah liat, menghidukan sapi yang mati, mengihidupkan orang yang sudah mati, bahkan orang yang sudah mati pun bisa menghidupkan orang lain yang sudah mati, bukanlah bukti bahwa mereka adalah Tuhan. Melainkan ini tidak lain adalah mukjizat yang dikaruniakan Tuhan kepada utusanNya, kepada manusia-manusia yang dipilih, untuk menunjukkan bahwa Tuhan Allah dapat membangkitkan kembali semua yang sudah mati. Dan bukan dalam rangka menunjukkan bahwa mereka-mereka itu adalah titisan Tuhan Allah.

Oleh karena itulah berkata Nabi Isa (Yesus) : “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil)  dan Dia menjadikan aku sebagai seorang nabi(utusan Allah)”  (Q.S. Maryam [19] : 30)

Sebagaimana di dalam Bible sendiri, Yesus mengatakan :

“Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku” (Injil Yohanes, Pasal 5 Ayat 30)

Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan (Injil Yohanes, Pasal 12 Ayat 49)

“Ajaran-Ku tidak berasal dari diri-Ku sendiri, tetapi dari Dia yang telah mengutus Aku” (Injil Yohanes, Pasal 7 Ayat 16)

Namun sebagian manusia (walaupun pandai berpendidikan tinggi) masih tetap ngotot bersikukuh dengan logika bahwa yang bisa menghidupkan orang mati adalah jelmaan Tuhan. Maka wajarlah yang diprediksi oleh Rasulullah s.a.w. bahwa nanti sebelum akhir zaman ada seorang manusia biasa, namun luar biasa jahat bernama Dajjal, yang datang ke dunia dengan kemampuan supranatural yang luar biasa yaitu mematikan lalu  menghidupkan kembali orang yang sudah mati bahkan membawa kembali orang-orang yang sudah lama mati. Maka seketika 2/3 penduduk bumi akan menyatakan dajjal sebagai titisan Tuham sebagai penjelmaan dan reinkarnasi Tuhan ke muka bumi.

Dari Abu Umamah al-Bahili, Rasulullah s.a.w. berkata Di antara fitnah Dajjal, dia menawarkan seorang Arab badui, ‘Renungkan, sekiranya aku bisa ‎membangkitkan ayah ibumu yang telah mati, apakah kamu akan bersaksi bahwa aku adalah Rabbmu?’ ‎Laki-laki arab tersebut menjawab, ‘Ya.’ Kemudian muncullah 2 setan yang menjelma di hadapannya ‎dalam bentuk ayah dan ibunya. Kedua (setan yang menjelma sebagai bapak ibunya itu) berpesan, ‘Wahai anakku, ikutilah dia, sesungguhnya dia ‎adalah Rabbmu.’ (H.R. Ibnu Majah No 4077)

Bayangkan betapa dahsyatnya. Kedua orangtuanya yang sudah mati dimuncullkan kembali, dihidupkan kembali, kemudian ibu bapaknya yang sudah lama mati itu berkata kepada anaknya : “Sesungghnya dia (dajjal) itu adalah rabb mu. Seolah tahu kecenderungan gagal paham ini sehingga dajjal pun menyodorkan bukti fenomena menghidupkan orang mati ini sebagai bukti ketuhanannya.

Seorang pemuda lain pun digergaji oleh Dajjal sampai mati kemudian dihidupkan kembali :

Lalu Dajjal memerintahkan agar orang itu digergaji dari ujung kepala hingga pertengahan antara kedua kaki. Setelah itu Dajjal berjalan di antara dua potongan tubuh itu lalu berkata, ‘Berdirilah!’ Tubuh itu pun berdiri utuh. Selanjutnya Dajjal bertanya padanya, ‘Apa kau beriman padaku?’ Ia menjawab, ‘Aku semakin yakin tentang siapa kamu.’ Setelah itu orang itu berkata, ‘Wahai sekalian manusia, sesungguhnya tidak ada seorang pun yang dilakukan seperti ini setelahku.’ (HR. Muslim No 2938).

Dari Abu Said  telah menceritakan kepada kami Rasulullah s.a.w.  dengan pembicaraan yang panjang tentang Dajjal. Diantara yang Beliau ceritakan tentangnya adalah, Beliau berkata: “Dajjal akan datang pada suatu tanah yang tandus di Madinah (untuk memasuki Madinah) padahal dia diharamkan untuk memasuki pintu-pintu gerbang Madinah. Maka pada hari itu keluarlah seorang laki-laki yang merupakan manusia terbaik atau salah seorang dari manusia terbaik menghadangnya seraya berkata; Aku bersaksi bahwa kamu adalah Dajjal yang pernah diceritakan oleh Rasulullah s.a.w. . Maka Dajjal berkata; Bagaimana sikap kalian jika aku membunuh orang ini lalu aku menghidupkannya kembali, apakah kalian masih meragukan kemampuanku?. Mereka menjawab: “Tidak”. Maka Dajjal membunuh laki-laki terbaik itu lalu menghidupkannya kembali. Laki-laki itu berkata, ketika Dajjal menghidupkannya kembali; “Demi Allah, hari aku tidak akan lebih waspada kecuali terhadap diriku sendiri. Maka Dajjal berkata; “Aku akan membunuhnya lagi”. Maka Dajjal tidak sanggup untuk menguasainya“. (H.R. Bukhari No. 1749 dan No 7132)

Namun seorang pemuda yang kokoh keimanannya tidak terkecoh dengan kedahsyatan supranatural ini. Ketika dirinya digergaji sampai mati kemudian dihidupkan kembali justru semakin yakin bahwa ini adalah tidak lain adalah dajjal yang diprediksikan kedatangannya oleh Rasulllah s.a.w.

Namun betapa pandai dan liciknya Dajjal. Ia sudah tahu pemuda ini kokoh imannya dan tidak akan terkecoh. Maka Dajjal lebih dulu meramalkan bahwa orang ini akan tetap mengingkari ketuhanan dirinya walau sudah digergaji dibelah kemudian dihidupkan kembali. Seolah Dajjal hendak mengatakan bahwa pemuda ini adalah “orang yang ingkar” yang menolak ketuhanannya :

Rasulullah s.a.w. berkata : “Dan diantara fitnahnya juga adalah, ia akan berkata kepada seorang Arab, ‘Pikirkanlah olehmu, sekiranya aku dapat membangkitkan ayah dan ibumu yang telah mati, apakah kamu akan bersaksi bahwa aku adalah Rabbmu? ‘ Laki-laki arab tersebut menjawab, ‘Ya.’ Kemudian muncullah setan yang menjelma di hadapannya dalam bentuk ayah dan ibunya, maka keduanya berkata, ‘Wahai anakku, ikutilah ia, sesungguhnya dia adalah Rabbmu.’ Dan di antara firnah-fitnahnya adalah ia akan memaksa manusia lalu membunuhnya dan memotongnya dengan gergaji. Maka terbelahlah orang tersebut menjadi dua bagian. Kemudian Dajjal berkata, ‘Lihatlah oleh kalian hambaku ini, sesungguhnya aku akan membangkitkannya, lalu dia akan menyatakan bahwa Rabbnya adalah selain aku. Maka Allah pun membangkitkan orang yang sudah terbelah tersebut. Lalu Dajjal berkata kepadanya, ‘Siapakah Rabbmu? ‘ ia menjawab, ‘Rabbku adalah Allah, dan kamu adalah musuh Allah. Kamu adalah Dajjal. Demi Allah, mulai hari ini, tidak ada hal yang lebih aku yakini selain dari (kedustaan) mu” (H.R. Ibnu Majah No 4077)

Jadi kelicikan dajjal menjadikan manusia tidak ada pilihan. Jika pemuda yang dihidupkan kembali itu mengakui dajjal sebagai rabb, maka itulah yang dajjal kehendaki. Sebaliknya jika pemuda yang dihidupkan kembali itu ternyata mengingkari dajjal sebagai rabb, maka sudah diramalkan sebelumnya, dan ramalannya terbukti benar. Ini membuktikan bahwa dajja telah mengetahui apa yang akan terjadi, sehingga terbukti dia adalah penjelmaan tuhan.

Kesimpulannya, masalah mematikan, membelah, mencacah makhluk hidup, lalu membangkitkan atau menghidupkan kembali yang sudah mati, tidak boleh membuat kita terkecoh sehingga menyatakan bahwa yang mampu melakukan itu adalah penjelmaan atau titisan atau reinkarnasi Tuhan. Karena dajjal pun dapat melakukannya dibantu oleh para syaitan (dengan seijin Allah sebagai ujian bagi umat manusia). Adapun para Nabi dan manusia sholeh pilihan Allah, dikaruniai mukjizat sebagai bukti dan demonstrasi, unjuk kemampuan, bahwa Allah dapat membangkitkan yang apa-apa yang sudah mati. Wallahu’alam.

 

Leave a comment